BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengingat peranan obat yang sangat penting ini, maka
sejak permulaan abad ke-20 timbul disiplin baru dalam ilmu kedokteran yang
dinamakan farmakologi (farmakon = obat, logos = ilmu). Semula
farmakologi mencakup semua ilmu yang berhubungan dengan obat dengan definisi
sebagai berikut : ilmu yang mempelajari sejarah, asal-usul obat, sifat fisik
dan kimiawi, cara mencampur dan membuat obat, efek terhadap fungsi bokimiawi
dan faal, cara kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi dan ekresi,
pengunaan dalam klinik dan efek toksiknya. Obat dalam arti luas adalah zat
kimia yang mempengaruhi proses hidup, sehingga farmakologi mencakup ilmu
pengetahuan (explosion of knowledge) dan keterbatasan kemampuan otak manusia
maka farmakologi dipecah menjadi berbagai disiplin yang mempunyai ruang lingkup
yang lebih terbatas.
Sistem kardiovaskuler adalah suatu sistem yang sangat
dinamik,yang harus mampu berdaptasi cepat terhadap perubahan mendadak.
Perubahan terkanan darah, kerja dan frekuensi jantung serta komponen
kardiovaskuler lain merupakan resultante dari berbagai faktor pengatur yang
bekerja secara serentak.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
itu penyakit kardiovaskuler?
2. Apa
saja golongan dari farmakologi kardiovaskuler?
3. Bagaimana
cara kerja dan contoh obat kardiovaskuler?
3.1 Tujuan
1. Untuk
memenuhi tugas ilmu dasar keperawatan 5 yang diberikan oleh dosen pengajar.
2. Untuk
menambah wawasan tentag ilmu farmakologi khususnya obat kardiovaskuler.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penyakit Kardiovaskuler
Penyakit
kardiovaskular adalah penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Contohnya:
Paya Jantung yaitu, jika otot
jantung (miokardium) melemah dan membesar, maka otot jantung akan kehilangan
kemampuannya untuk memompa darah dari jantung ke dalam sirkulasi sistemik.
A. Golongan Obat Kardiovaskuler:
1.
Glikosida
Jantung
Disebut juga sebagai glikosida digitalis. Glikosida
jantung (derivat digitalis dan obat sejenisnya) terdiri atas senyawa steroid
yang dapat meningkatkan curah hujan. Kelompok obat ini mengahambat pompa
natrium-kalium, sehingga akan meningkatkan kalsium intraselular, yang menyebabkan
serabut otot jantung berkontraksi lebih efisien.
Pada klien dengan payah jantung, glikosida jantung
akan meningkatkan kontraksi miokardium, yang meningkatkan curah jantung dan
memperbaiki sirkulasi dan perfusi jaringan. Karena obat-obat ini mengurangi
hantaran melalui nodus atrioventrikular, maka denyut jantung juga akan
berkurang.
Preparat
digitalis mempunyai tiga khasiat pada otot jantung:
a. Kerja
inotropik positif (meningkatkan kontraksi miokardium),
b. Kerja
kronotropik negative (memperlambat denyut jantung),
c. Kerja
dromotropik negative (mengurangi hantaran sel-sel jantung.
Contoh obat:
Digoksin
dan digitoksin kedua obat ini diberikan melalui oral dan intravena. Kadar
digoksin adalah 0.5 – 2.0 ng/mL dan untuk digoksin adalah 10 – 35 ng/mL.
2.
Antiangina
Obat-obat antiangina dipakai untuk mengobati angina
pectoris (nyeri jantung yang mendadak akibat tidak cukupnya aliran darah karena
adanya sumbatan pada arteri coroner yang menuju jantung). Obat-obat antiangina
meningkatkan aliran darah baik dengan menambah suplai oksigen atau dengan
mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
Contoh obat:
a.
Nitrat
Obat
ini diberikan secara sublingual (di bawah lidah) dan dengan cepat diabsorpsi ke
dalam sirkulasi melalui pembuluh darah sublingual.
b.
Penghambat
beta
Menghambat
reseptor beta1, dengan demikian mengurangi denyut jantung. Obat ini dipakai
sebagai antiangina, antiaritmia, dan antihipertensi. Penghamba beta efektif
dipakai sebagai antiangina karena mengurangi denyut jantung dan kantraktilitas
miokardium, obat ini menurunkan kebutuhan pemakaian oksigen.
Penghambat beta terbagi
menjadi 2 beserta contoh obatnya:
1) Penghambat Beta Tidak Selektif
(menghambat beta1, dan beta2):
-
Propranolol (Inderal)
-
Nadolol (cogard)
-
Pindolol (viksen)
Obat ini menurunkan
denyutan jantung dan menyebabkan bronkokonstriksi.
2) Penghambat (Jantung) Beta Selektif
(menghambat beta1)
Bekerja lebih kuat
teradap reseptor beta1, sehingga mengurangi denyut jantung.
-
Atenolol (Tenormin)
-
Metoprolol (lospresor)
3)
Penghambat
Rantai Kalsium
Dikenal sebagai
penghambat kalsium. Kalsium mengaktivasi kontraksi mioardium, menambah beban
kerja jantung dan keperluan jantung akan oksigen. Penghambat kalsium menurunkan
kontraktilitas jantung dan (efek intropik negative) dan beban kerja jantung,
sehingga mengurangi keperluan jantung akan oksigen.
-
Verapamil (calan), mula kerja 10 menit
-
Nifedipine (Procardia), mula kerja 30
menit
-
Diltiazem (Cardizem), mula kerja 30
menit
80-90% dari penghambat
rantai kalsium diabsorpsi melalui mukosa gastrointestinal.
3.
Antidistritmia
Distritmia (aritmia) jantung didefinisikan sebagai
setiap penyimpangan frekuensi atau pola denyut jantung yang normal; termasuk
denyut jantung terlalu lambat (bradikardia), terlalu cepat (takikardia), atau
tidak teratur. Distrimia jantung seringkali diikuti oelh infark miokardium
(serangan jantung) atau dapat timbul dari hipoksia (kekurangan oksigen pada
jaringan tubuh), hiperkapsia (meningkatnya karbon dioksida dalam darah), dsb.
Contoh obat:
Antidistrimia
(obat pemulihan irama jantung):
1) Penghambat
saluran (natrium) cepat IA (I) dan IB (II)
2) Penghambat
beta (contoh obat: propanol (inderal) dan asebutolol (sectral))
3) Obat-obat
yang memperpanjang repolarisasi (contoh obat: bretilium (bretylol), dan
amiodaron (cordarone))
4) Penghambat
saluran (kalsium) lambat (contoh obat: verapamil (calan, isoptin))
Ketika natrium dan kalsium memasuki suatu sel
jantung, terjadi depolarisasi (kontraksi miokardium). Natrium masuk dengan
cepat untuk memulai depolarisasi, dan diikuti oleh kalsium yang masuk untuk mempertahankan
depolarisasi tersebut. Elektrolit-elektrolit ini mengiritasi sel dan
menyebabkan kontraksi.
Penghambat saluran (natrium) cepat mengurangi
lajunya natrium memasuki sel-sel jantung. Respon obat itu adalah:
-
Berkurangnya laju hantaran dalam jaringan
jantung
-
Supresi otomatisitas yang mengurangi
kemungkinan focus-fokus ektopik
-
Meningkatkan waktu pemulihan (periode
repolarisasi atau refraktori)
Ada 2 subgrup penghambat saluran
cepat:
IA
(I):
quinidine (duraquin, cardioquin, cin-quin), prokaianamid (pronestyl, procan),
dan disopiramid (norpace) diabsorpsi dengan cepat pada mukosa gastrointestinal.
Kandungan garam quinidine mempengaruhi absorpsi: quinidine sulfat diabsorpsi
lebih cepat daripada quinidine glukonat atau quinidine poligalakturonat.
Antidisritmia keals IA menghambar rangsangan
parasimpatis pada nodus sinoatrial (SA) dan atrioventrikular (AV); sehingga
laju hantaran meningkat dan afterload berkurang.
IB
(II)
untuk pemakaian darurat juga bersifat local anestetik: lidokain (xylocaine),
fenitoin (dilantin), tokainid (tonocard), meksiletin (mexitil), enkandin
(enkaid).
2.2 Hipertensi
Hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan diastolic lebih besar dari 90 mmHg. Obat-obat antihipertensi, dapat
dipakai sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lain, diklasifikasikan
menjadi 5 kategori:
1) Diuretic
(Hidroklorotiazid (HydroDiuril))
Cara
kerja: meningkatkan ekskresi Na, Cl dan air → mengurangi
volume plasma dan cairan ekstrasel → tekanan turun
2) Menekan
simpatetik (simpatolitik)
3) Vasodilator
arterol langsung
4) Antagonis
angiotensin
5) Penghambat
saluran kalsium
A.
Golongan
Dan Cara Kerja:
1)
Penghambat
Adrenergik Beta
Pengambat
adrenergik beta, seringkali disebut penghambat beta (beta blocker), dipakai
sebagai obat antihipertensi tahap I atau dikombinaskan dengan diuretic dalam
pendekatan tahap II untuk mengibati hipertensi.
Baik
propanol dan metoprolol diabsorpsi dengan baik oleh slauran cerna. Waktu
paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Propranolol sangat
mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan obat-obat lain yang
juga sangat mudah berikatan dengan protein. Obat bebas akan dilepaskan dari
tempat ikatan protein dan dapat memilki reaksi yang merugikan.
Pengambat
adrenergic beta menghambat perangsangan simpatetik, sehingga menurunkan denyut
jantung dan tekanan darah.
2)
Simpatolitik
(Penekanan Simpatetik)
Pengambat
adrenergik bekerja di sentral (simpatolitik), penghambat adrenergic alfa, dan
penghambat neuron adrenergic diklasifikasikan sebagai penekanan simpatetik atau
simpatolitik.
3)
Simpatolitik
Bekerja Di Pusat
Simpatolitik
yang bekerja di pusat menurunkan respons simpatetik dari batang otak ke
pembuluh darah purifer. Golongan obat ini memiliki efek minimal terhadap curah
jantung dan aliran darah ke ginjal.
Obat-obat golongan ini meliputi:
·
Metildopa (aldomet)
·
Klonidin (catapres)
·
Guanabenz
(wytensin)
·
Guanafasin (tenex)
4)
Penghambat
Adrenergic-Alfa
Golongan ini memblok
reseptor adrenergic alfa1, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan
darah.
Contoh
obat:
·
Penghambat
Alfa Yang Lebih Kuat:
Ø Fentolamin
(regitine)
Ø Fenoksibenzamin
(dibenzyline)
Ø Tolazolin
(priscoline)
Digunakan
untuk krisis hipertensi dan hipertensi berat yang disebabkan oleh tumor medulla
adrenal (feokromositoma)
·
Penghambat
Adrenergic Alfa Selektif:
Ø Prazosin
(minipress)
Ø Terazosin
(hytrin)
Ø Doksazosin
(Cardura)
Dipakai
untuk menurunkan tekanan darah. Obat-obat ini seperti simpatolitik yang bekrja
di pusat, menyebabkan retensi natrium dan air dengan edema, dan seringkali
diberikan duretik untuk menurunkan akumulasi cairan di tungkai.
Metildopa
dan prazosin diabsorpsi melalui saluran cerna. Waktu paruh kedua obat ini
singkat. Metildopa merangsang di pusat reseptor adrenergic-alfa, menyebabkan
penurunan keluaran simpatis. Obat ini menembus sawar plasenta, dan sebagian
kecil memasuki air susu pada ibu yang menyusui.
Mula
kerja metildopa dan prazosin terjadi antara 30 menit sampai 2 jam. Metildopa
dapat diberikan secara intravena dam masa kerjanya serupa dengan prazosin oral.
5)
Penghambat
Neuron Adrenergic (Simpatolik Yang Bekerja Perifer)
Penghambat
neuron adrenergic merupakan obat antihipertensi yang kuat yang menghambat
norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan norepinefrin menjadi
berkurang dan ini menyebabkan baik curah jantung maupun tahanan vascular
perifer menurun.
Contoh obat:
reserpine dan guanetidin (dua obat yang paling kuat) dipakai untuk
mengendalikan hipertensi berat. Obat-obat dalam kelompok ini dapat menyebabkan
retensi natrium dan air.
6)
Vasodilator
Arteriola Yang Bekerja Langsung
Merupakan
obat tahap III yang bekerja dengan merelaksasikan otot-otot polos dari pembuluh
darah, terutama arteri sehingga menyebabkan vasodilatasi.
Contoh obat:
hidralazin dan minoksidil, dipakai untuk pengobatan hipertensi akut yang
darurat. Nitroprusid bekerja pada pembuluh darah arteri dan vena. Dan diazoksin
bekerja pada pembuluh darah arteri.
7)
Penghambat
Adregenik Beta Dan Alfa
Contoh obat:
labelatol, menghambat reseptor alfa dan beta. Obat ini menurunkan tekanan darah
dan cukup kuat untuk menurunkan denyut jantung.
8)
Antagonis
Angiotensin (Penghambat Enzim Pengubah Angiostensin)
Obat
dalam golongan ini menghambat enzim pengibah angiotensin (ACE), yang nantinya
akan menghambat pembentukan angiotensi II (vasokonstriktor) dan menghambat
pelepasan aldosterone. Aldosterone meningkatkan retensi natrium dan eksresi
kalium. Jika aldosterone dihambat, natrium disekresikan berasama-sama dengan
air.
Contoh obat:
Katopril, Enalapril, dan Lisinopril. Obat-obat ini dipakai pada klieb yang
mempunyai kadar renin serum yang tinggi.
2.3 Anemia
Anemia adalah
suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit dalam
darah kurang dari nilai standar (normal).
Obat yang dapat
diberikan berupa suplemen zat besi (Fe) untuk memulihkan kekurangan sel darah
merah. Selain zat besi, vitamin B12 sering diberikan untuk pengobatan anemia
pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia sudah mencapai stadium akut dan parah
adalah dengan transfusi darah.
Suplemen besi
diperlukan pada anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan zat besi.
Pemberian suntikan vitamin B12 diperlukan untuk mengkoreksi anemia pernisiosa.
Transfusi darah merupakan pilihan untuk anemia yang disebabkan oleh perdarahan
hebat.
Contoh obat dan cara kerja:
1.
Tablet Besi ( Fe )
Besi di butuhkan
untuk produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisiensi Fe akan menyebabkan
terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah
dan menimbulkan anemia hipokronik mikrositik.
Absorpsi Fe
melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan jejenum proksimal;
makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah di absorpsi
dalam bentuk fero. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara
transport aktif. Ion fero yang sudah di absorpsi akan di ubah menjadi ion feri
dalam sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk kedalam plasma dengan
perantara transferin, atau diubah menjadi feritin dan di simpan dalam sel
mukosa usus. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan
zat besi rendah, maka lebih banyak Fe di ubah menjadi feritin. Setelah di
absorpsi, Fe dalam tubuh akan di ikat dalam transferin (siderofilin), suatu
beta 1-globulin glikoprotein, untuk kemudian di angkut ke beberapa jaringan,
terutama ke sumsum tulang dan depot Fe.
2.
Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Anemia
megaloblastik, pasca pembedahan lambung total dan pemotongan usus, defisiensi
vitamin B12.
Sianokobalamin
diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan SK. Kadar dalam plasma
mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah suntikan IM.Absorpsi ini berlangsung
dengan 2 mekanisme yaitu dengan perantaraan faktor instrinsik castle (fic) dan
absorpsi secara langsung. Setelah di absorpsi, hampir semua vitamin B12 dalam
darah terikat dengan protein plasma sebagian besar terikat pada beta-globulin
(transkobalamin II),Sisanya terikat pada alfa-glikoprotein (transkobalamin I)
dan inter-alfa-glikoprotein ( transkobalamin III) vitamin B12 yang terikat pada
transkobalamin II akan di angkut ke berbagai jaringan, terutam hati yang
merupakan gudang utama penyimpanan vitamin B12 (50-90% ). Kadar normal vitamin
B12 dalam plasma adalah 200-900 pg ml dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam
hepar.
3.
Asam Folat
Asam folat
terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam paraaminobenzoat dan asam glutamat.
Folat terdapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam
hati, ragi dan daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan
(pemasakan) makanan.
Pada pemberian
oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3 bagian proksimal usus halus.
Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan energi, sedangkan pada kadar
tinggi absorpsi dapat berlangsung secar difusi. Walaupun terdapat gangguan pada
usus halus, absorpsi folat biasanya masih mencukupi kebutuhan terutama sebagai
PmGA.
4.
Eritropoietin
Eritropoietin,
suatu gliko protein dengan berat molekul 34-39 DA, merupakan factor pertumbuhan
hematopoietic yang pertama kali diisolasi. Eritropoietin merupakan factor
pertumbuhan sel darah merah yang diproduksi terutama oleh ginjal dalam sel
peritubuler dan tubuli proksimalis.
Berinteraksi
dengan reseptor eritropoietin pada permukaan sel induk sel darah merah,
menstimulasi poloferasi dan diferensiasi eritroit. Eritropoietin juga
menginduksi pelepasan retikulosis dari sumsum tulang. Eritrpoietin endogen
diproduksi oleh ginjal sebagai respon terhadap hipoksia jaringan. Bila terjadi
Anemia maka eritropoietin diproduksi lebih banyak olh ginjal, dan hal ini merupakan
tanda bagi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembahasan
obat yang berpengaruh terhadap suatu alat tubuh akan lebih mudah di pahami bila
fisiologi dan patofisiologi alat tubuh tersebut di mengerti, karena reaksi alat
tubuh yang sakit terhadap obat mungkin berbeda dari reaksi alat tubuh yang
sehat.
Sistem kardiovaskuler adalah suatu sistem yang sangat
dinamik,yang harus mampu berdaptasi cepat terhadap perubahan mendadak.
Perubahan terkanan darah, kerja dan frekuensi jantung serta komponen
kardiovaskuler lain merupakan resultante dari berbagai faktor pengatur yang
bekerja secara serentak.
Obat – obat yang kardiovaskuler adalah obat yang
digunakan untuk kelainan jantung dan pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup sistem
sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan pembuluh darah.
Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung, yaitu sebuah
pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60-100x/menit. Setiap
denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke seluruh tubuh dalam suatu
jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian
kembali ke jantung melalui venula dan vena
3.2 Saran
Dengan makalah ini, saya harapkan
dapat memberikan informasi yang dibutuhkan tentang apa itu farmakologi dan obat
– obat kardiovaskuler didalam bidang kesehatan dan diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan mengaplikasikannya dalam asuhan keperawatan. Kami sangat berharap
kritikan dan saran yang dapat membangun saya untuk lebih baik lagi. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
L.,
Joyce, Kee dan R. Hayes, Evenly. (1996). Farmakologi:
Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar