Senin, 26 September 2016

MAKALAH IDK 5 FARMAKOLOGI JANTUNG, HIPERTENSI



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Mengingat peranan obat yang sangat penting ini, maka sejak permulaan abad ke-20 timbul disiplin baru dalam ilmu kedokteran yang dinamakan farmakologi (farmakon = obat, logos = ilmu). Semula farmakologi mencakup semua ilmu yang berhubungan dengan obat dengan definisi sebagai berikut : ilmu yang mempelajari sejarah, asal-usul obat, sifat fisik dan kimiawi, cara mencampur dan membuat obat, efek terhadap fungsi bokimiawi dan faal, cara kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi dan ekresi, pengunaan dalam klinik dan efek toksiknya. Obat dalam arti luas adalah zat kimia yang mempengaruhi proses hidup, sehingga farmakologi mencakup ilmu pengetahuan (explosion of knowledge) dan keterbatasan kemampuan otak manusia maka farmakologi dipecah menjadi berbagai disiplin yang mempunyai ruang lingkup yang lebih terbatas.
Sistem kardiovaskuler adalah suatu sistem yang sangat dinamik,yang harus mampu berdaptasi cepat terhadap perubahan mendadak. Perubahan terkanan darah, kerja dan frekuensi jantung serta komponen kardiovaskuler lain merupakan resultante dari berbagai faktor pengatur yang bekerja secara serentak.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa itu penyakit kardiovaskuler?
2.      Apa saja golongan dari farmakologi kardiovaskuler?
3.      Bagaimana cara kerja dan contoh obat kardiovaskuler?

3.1  Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas ilmu dasar keperawatan 5 yang diberikan oleh dosen pengajar.
2.      Untuk menambah wawasan tentag ilmu farmakologi khususnya obat kardiovaskuler.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Penyakit Kardiovaskuler
Penyakit kardiovaskular adalah penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Contohnya: Paya Jantung yaitu, jika otot jantung (miokardium) melemah dan membesar, maka otot jantung akan kehilangan kemampuannya untuk memompa darah dari jantung ke dalam sirkulasi sistemik.
A.    Golongan Obat Kardiovaskuler:
1.      Glikosida Jantung
Disebut juga sebagai glikosida digitalis. Glikosida jantung (derivat digitalis dan obat sejenisnya) terdiri atas senyawa steroid yang dapat meningkatkan curah hujan. Kelompok obat ini mengahambat pompa natrium-kalium, sehingga akan meningkatkan kalsium intraselular, yang menyebabkan serabut otot jantung berkontraksi lebih efisien.
Pada klien dengan payah jantung, glikosida jantung akan meningkatkan kontraksi miokardium, yang meningkatkan curah jantung dan memperbaiki sirkulasi dan perfusi jaringan. Karena obat-obat ini mengurangi hantaran melalui nodus atrioventrikular, maka denyut jantung juga akan berkurang.
Preparat digitalis mempunyai tiga khasiat pada otot jantung:
a.       Kerja inotropik positif (meningkatkan kontraksi miokardium),
b.      Kerja kronotropik negative (memperlambat denyut jantung),
c.       Kerja dromotropik negative (mengurangi hantaran sel-sel jantung.
Contoh obat:
Digoksin dan digitoksin kedua obat ini diberikan melalui oral dan intravena. Kadar digoksin adalah 0.5 – 2.0 ng/mL dan untuk digoksin adalah 10 – 35 ng/mL.

2.      Antiangina
Obat-obat antiangina dipakai untuk mengobati angina pectoris (nyeri jantung yang mendadak akibat tidak cukupnya aliran darah karena adanya sumbatan pada arteri coroner yang menuju jantung). Obat-obat antiangina meningkatkan aliran darah baik dengan menambah suplai oksigen atau dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
Contoh obat:
a.      Nitrat
Obat ini diberikan secara sublingual (di bawah lidah) dan dengan cepat diabsorpsi ke dalam sirkulasi melalui pembuluh darah sublingual.

b.      Penghambat beta
Menghambat reseptor beta1, dengan demikian mengurangi denyut jantung. Obat ini dipakai sebagai antiangina, antiaritmia, dan antihipertensi. Penghamba beta efektif dipakai sebagai antiangina karena mengurangi denyut jantung dan kantraktilitas miokardium, obat ini menurunkan kebutuhan pemakaian oksigen.
Penghambat beta terbagi menjadi 2 beserta contoh obatnya:
1)      Penghambat Beta Tidak Selektif (menghambat beta1, dan beta2):
-          Propranolol (Inderal)
-          Nadolol (cogard)
-          Pindolol (viksen)
Obat ini menurunkan denyutan jantung dan menyebabkan bronkokonstriksi.
2)      Penghambat (Jantung) Beta Selektif (menghambat beta1)
Bekerja lebih kuat teradap reseptor beta1, sehingga mengurangi denyut jantung.
-          Atenolol (Tenormin)
-          Metoprolol (lospresor)
3)      Penghambat Rantai Kalsium
Dikenal sebagai penghambat kalsium. Kalsium mengaktivasi kontraksi mioardium, menambah beban kerja jantung dan keperluan jantung akan oksigen. Penghambat kalsium menurunkan kontraktilitas jantung dan (efek intropik negative) dan beban kerja jantung, sehingga mengurangi keperluan jantung akan oksigen.
-          Verapamil (calan), mula kerja 10 menit
-          Nifedipine (Procardia), mula kerja 30 menit
-          Diltiazem (Cardizem), mula kerja 30 menit
80-90% dari penghambat rantai kalsium diabsorpsi melalui mukosa gastrointestinal.


3.      Antidistritmia
Distritmia (aritmia) jantung didefinisikan sebagai setiap penyimpangan frekuensi atau pola denyut jantung yang normal; termasuk denyut jantung terlalu lambat (bradikardia), terlalu cepat (takikardia), atau tidak teratur. Distrimia jantung seringkali diikuti oelh infark miokardium (serangan jantung) atau dapat timbul dari hipoksia (kekurangan oksigen pada jaringan tubuh), hiperkapsia (meningkatnya karbon dioksida dalam darah), dsb.
Contoh obat:
Antidistrimia (obat pemulihan irama jantung):
1)      Penghambat saluran (natrium) cepat IA (I) dan IB (II)
2)      Penghambat beta (contoh obat: propanol (inderal) dan asebutolol (sectral))
3)      Obat-obat yang memperpanjang repolarisasi (contoh obat: bretilium (bretylol), dan amiodaron (cordarone))
4)      Penghambat saluran (kalsium) lambat (contoh obat: verapamil (calan, isoptin))
Ketika natrium dan kalsium memasuki suatu sel jantung, terjadi depolarisasi (kontraksi miokardium). Natrium masuk dengan cepat untuk memulai depolarisasi, dan diikuti oleh kalsium yang masuk untuk mempertahankan depolarisasi tersebut. Elektrolit-elektrolit ini mengiritasi sel dan menyebabkan kontraksi.
Penghambat saluran (natrium) cepat mengurangi lajunya natrium memasuki sel-sel jantung. Respon obat itu adalah:
-          Berkurangnya laju hantaran dalam jaringan jantung
-          Supresi otomatisitas yang mengurangi kemungkinan focus-fokus ektopik
-          Meningkatkan waktu pemulihan (periode repolarisasi atau refraktori)
Ada 2 subgrup penghambat saluran cepat:
IA (I): quinidine (duraquin, cardioquin, cin-quin), prokaianamid (pronestyl, procan), dan disopiramid (norpace) diabsorpsi dengan cepat pada mukosa gastrointestinal. Kandungan garam quinidine mempengaruhi absorpsi: quinidine sulfat diabsorpsi lebih cepat daripada quinidine glukonat atau quinidine poligalakturonat.
Antidisritmia keals IA menghambar rangsangan parasimpatis pada nodus sinoatrial (SA) dan atrioventrikular (AV); sehingga laju hantaran meningkat dan afterload berkurang.
IB (II) untuk pemakaian darurat juga bersifat local anestetik: lidokain (xylocaine), fenitoin (dilantin), tokainid (tonocard), meksiletin (mexitil), enkandin (enkaid).

2.2  Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sehingga tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolic lebih besar dari 90 mmHg. Obat-obat antihipertensi, dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lain, diklasifikasikan menjadi 5 kategori:
1)      Diuretic (Hidroklorotiazid (HydroDiuril))
Cara kerja: meningkatkan ekskresi Na, Cl dan air → mengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel → tekanan turun
2)      Menekan simpatetik (simpatolitik)
3)      Vasodilator arterol langsung
4)      Antagonis angiotensin
5)      Penghambat saluran kalsium

A.    Golongan Dan Cara Kerja:
1)      Penghambat Adrenergik Beta
Pengambat adrenergik beta, seringkali disebut penghambat beta (beta blocker), dipakai sebagai obat antihipertensi tahap I atau dikombinaskan dengan diuretic dalam pendekatan tahap II untuk mengibati hipertensi.
Baik propanol dan metoprolol diabsorpsi dengan baik oleh slauran cerna. Waktu paruhnya pendek, dan dapat diberikan beberapa kali sehari. Propranolol sangat mudah berikatan dengan protein dan akan bersaing dengan obat-obat lain yang juga sangat mudah berikatan dengan protein. Obat bebas akan dilepaskan dari tempat ikatan protein dan dapat memilki reaksi yang merugikan.
Pengambat adrenergic beta menghambat perangsangan simpatetik, sehingga menurunkan denyut jantung dan tekanan darah.

2)      Simpatolitik (Penekanan Simpatetik)
Pengambat adrenergik bekerja di sentral (simpatolitik), penghambat adrenergic alfa, dan penghambat neuron adrenergic diklasifikasikan sebagai penekanan simpatetik atau simpatolitik.




3)      Simpatolitik Bekerja Di Pusat
Simpatolitik yang bekerja di pusat menurunkan respons simpatetik dari batang otak ke pembuluh darah purifer. Golongan obat ini memiliki efek minimal terhadap curah jantung dan aliran darah ke ginjal.
Obat-obat golongan ini meliputi:
·         Metildopa (aldomet)
·         Text Box: Merupakan simpatolitik bekerja di pusat yang baru dan memiliki efek yang mirip dengan klonidinKlonidin (catapres)
·         Guanabenz (wytensin)
·         Guanafasin (tenex)

4)      Penghambat Adrenergic-Alfa
Golongan ini memblok reseptor adrenergic alfa1, menyebabkan vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.
Contoh obat:
·         Penghambat Alfa Yang Lebih Kuat:
Ø  Fentolamin (regitine)
Ø  Fenoksibenzamin (dibenzyline)
Ø  Tolazolin (priscoline)
Digunakan untuk krisis hipertensi dan hipertensi berat yang disebabkan oleh tumor medulla adrenal (feokromositoma)
·         Penghambat Adrenergic Alfa Selektif:
Ø  Prazosin (minipress)
Ø  Terazosin (hytrin)
Ø  Doksazosin (Cardura)
Dipakai untuk menurunkan tekanan darah. Obat-obat ini seperti simpatolitik yang bekrja di pusat, menyebabkan retensi natrium dan air dengan edema, dan seringkali diberikan duretik untuk menurunkan akumulasi cairan di tungkai.
Metildopa dan prazosin diabsorpsi melalui saluran cerna. Waktu paruh kedua obat ini singkat. Metildopa merangsang di pusat reseptor adrenergic-alfa, menyebabkan penurunan keluaran simpatis. Obat ini menembus sawar plasenta, dan sebagian kecil memasuki air susu pada ibu yang menyusui.
Mula kerja metildopa dan prazosin terjadi antara 30 menit sampai 2 jam. Metildopa dapat diberikan secara intravena dam masa kerjanya serupa dengan prazosin oral.

5)      Penghambat Neuron Adrenergic (Simpatolik Yang Bekerja Perifer)
Penghambat neuron adrenergic merupakan obat antihipertensi yang kuat yang menghambat norepinefrin dari ujung saraf simpatis, sehingga pelepasan norepinefrin menjadi berkurang dan ini menyebabkan baik curah jantung maupun tahanan vascular perifer menurun.
Contoh obat: reserpine dan guanetidin (dua obat yang paling kuat) dipakai untuk mengendalikan hipertensi berat. Obat-obat dalam kelompok ini dapat menyebabkan retensi natrium dan air.

6)      Vasodilator Arteriola Yang Bekerja Langsung
Merupakan obat tahap III yang bekerja dengan merelaksasikan otot-otot polos dari pembuluh darah, terutama arteri sehingga menyebabkan vasodilatasi.
Contoh obat: hidralazin dan minoksidil, dipakai untuk pengobatan hipertensi akut yang darurat. Nitroprusid bekerja pada pembuluh darah arteri dan vena. Dan diazoksin bekerja pada pembuluh darah arteri.

7)      Penghambat Adregenik Beta Dan Alfa
Contoh obat: labelatol, menghambat reseptor alfa dan beta. Obat ini menurunkan tekanan darah dan cukup kuat untuk menurunkan denyut jantung.

8)      Antagonis Angiotensin (Penghambat Enzim Pengubah Angiostensin)
Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengibah angiotensin (ACE), yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensi II (vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosterone. Aldosterone meningkatkan retensi natrium dan eksresi kalium. Jika aldosterone dihambat, natrium disekresikan berasama-sama dengan air.
Contoh obat: Katopril, Enalapril, dan Lisinopril. Obat-obat ini dipakai pada klieb yang mempunyai kadar renin serum yang tinggi.


2.3  Anemia
Anemia adalah suatu keadaan yang menggambarkan kadar hemoglobin atau jumlah eritrosit dalam darah kurang dari nilai standar (normal).
Obat yang dapat diberikan berupa suplemen zat besi (Fe) untuk memulihkan kekurangan sel darah merah. Selain zat besi, vitamin B12 sering diberikan untuk pengobatan anemia pernisiosa. Jalan terakhir jika anemia sudah mencapai stadium akut dan parah adalah dengan transfusi darah.
Suplemen besi diperlukan pada anemia yang disebabkan oleh karena kekurangan zat besi. Pemberian suntikan vitamin B12 diperlukan untuk mengkoreksi anemia pernisiosa. Transfusi darah merupakan pilihan untuk anemia yang disebabkan oleh perdarahan hebat.
Contoh obat dan cara kerja:
1.      Tablet Besi ( Fe )
Besi di butuhkan untuk produksi hemoglobin (Hb), sehingga defisiensi Fe akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah dan menimbulkan anemia hipokronik mikrositik.
Absorpsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum dan jejenum proksimal; makin ke distal absorpsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah di absorpsi dalam bentuk fero. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport aktif. Ion fero yang sudah di absorpsi akan di ubah menjadi ion feri dalam sel mukosa. Selanjutnya ion feri akan masuk kedalam plasma dengan perantara transferin, atau diubah menjadi feritin dan di simpan dalam sel mukosa usus. Secara umum, bila cadangan dalam tubuh tinggi dan kebutuhan akan zat besi rendah, maka lebih banyak Fe di ubah menjadi feritin. Setelah di absorpsi, Fe dalam tubuh akan di ikat dalam transferin (siderofilin), suatu beta 1-globulin glikoprotein, untuk kemudian di angkut ke beberapa jaringan, terutama ke sumsum tulang dan depot Fe.

2.      Vitamin B12 (Sianokobalamin)
Anemia megaloblastik, pasca pembedahan lambung total dan pemotongan usus, defisiensi vitamin B12.
Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan SK. Kadar dalam plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah suntikan IM.Absorpsi ini berlangsung dengan 2 mekanisme yaitu dengan perantaraan faktor instrinsik castle (fic) dan absorpsi secara langsung. Setelah di absorpsi, hampir semua vitamin B12 dalam darah terikat dengan protein plasma sebagian besar terikat pada beta-globulin (transkobalamin II),Sisanya terikat pada alfa-glikoprotein (transkobalamin I) dan inter-alfa-glikoprotein ( transkobalamin III) vitamin B12 yang terikat pada transkobalamin II akan di angkut ke berbagai jaringan, terutam hati yang merupakan gudang utama penyimpanan vitamin B12 (50-90% ). Kadar normal vitamin B12 dalam plasma adalah 200-900 pg ml dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar.

3.      Asam Folat
Asam folat terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam paraaminobenzoat dan asam glutamat. Folat terdapat dalam hampir setiap jenis makanan dengan kadar tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan pengolahan (pemasakan) makanan.
Pada pemberian oral absorpsi folat baik sekali, terutama di 1/3 bagian proksimal usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorpsi memerlukan energi, sedangkan pada kadar tinggi absorpsi dapat berlangsung secar difusi. Walaupun terdapat gangguan pada usus halus, absorpsi folat biasanya masih mencukupi kebutuhan terutama sebagai PmGA.

4.      Eritropoietin
Eritropoietin, suatu gliko protein dengan berat molekul 34-39 DA, merupakan factor pertumbuhan hematopoietic yang pertama kali diisolasi. Eritropoietin merupakan factor pertumbuhan sel darah merah yang diproduksi terutama oleh ginjal dalam sel peritubuler dan tubuli proksimalis.
Berinteraksi dengan reseptor eritropoietin pada permukaan sel induk sel darah merah, menstimulasi poloferasi dan diferensiasi eritroit. Eritropoietin juga menginduksi pelepasan retikulosis dari sumsum tulang. Eritrpoietin endogen diproduksi oleh ginjal sebagai respon terhadap hipoksia jaringan. Bila terjadi Anemia maka eritropoietin diproduksi lebih banyak olh ginjal, dan hal ini merupakan tanda bagi sumsum tulang untuk memproduksi sel darah.





























BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembahasan obat yang berpengaruh terhadap suatu alat tubuh akan lebih mudah di pahami bila fisiologi dan patofisiologi alat tubuh tersebut di mengerti, karena reaksi alat tubuh yang sakit terhadap obat mungkin berbeda dari reaksi alat tubuh yang sehat.
Sistem kardiovaskuler adalah suatu sistem yang sangat dinamik,yang harus mampu berdaptasi cepat terhadap perubahan mendadak. Perubahan terkanan darah, kerja dan frekuensi jantung serta komponen kardiovaskuler lain merupakan resultante dari berbagai faktor pengatur yang bekerja secara serentak.
Obat – obat yang kardiovaskuler adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung dan pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung, yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60-100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena

3.2  Saran
Dengan makalah ini, saya harapkan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan tentang apa itu farmakologi dan obat – obat kardiovaskuler didalam bidang kesehatan dan diharapkan mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikannya dalam asuhan keperawatan. Kami sangat berharap kritikan dan saran yang dapat membangun saya untuk lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.




DAFTAR PUSTAKA

L., Joyce, Kee dan R. Hayes, Evenly. (1996). Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC


 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar