Senin, 26 September 2016

MAKALAH GIZI REMAJA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, jadi pada masa remaja ini manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat juga disebut sebagai anak-anak. Usia remaja biasanya dimulai saat laki-laki atau perempuan berusia 10-12 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol dan lebih suka menghabiskan waktu diluar waktu berkumpul bersama keluarga. Perubahan-perubahan fisik ini akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik masalah kekurangan gizi atau kelebihan gizi.
Masalah gizi pada remaja akan menimbulkan dampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah), penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah membuktikan banyak sekali remaja yang mengalami masalah gizi, masalah tersebut antara lain Anemia (berkisar 40%) dan IMT kurang dari batas normal atau kurus (berkisar 30%). Banyak faktor yang bisa menyebabkan hal ini terjadi, tetapi dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi hal ini dapat membantu upaya penanggulangannya. 
Berdasarkan pemaparan di atas, kami bertujuan untuk membahas lebih lanjut tentang “Peran Zat Gizi Pada Usia Remaja”.






1.2  Rumusan Masalah
a.       Apa tujuan pemberian nutrisi terhadap remaja?
b.      Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan nutrisi?
c.       Bagaimana keadaan gizi usia remaja?
d.      Bagaimana kebutuhan akan zat gizi pada remaja?
e.       Apa akibat dari kekurangan gizi pada usia remaja?
f.       Bagaimana cara mengatasi masalah nutrisi pada usia remaja?
g.      Bagaimana cara perhitungan energy?

1.3  Tujuan
1.      Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengajar ilmu dasar keperawatan lima
2.      Untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai peran zat gizi untuk usia remaja

1.4  Manfaat
Mengetahui bagaimana peran zat gizi untuk usia remaja.












BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat pengatur.
Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.

2.2  Tujuan Pemberian Gizi Pada Remaja
Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan anak remaja, agar mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan normal. Pola makan yang sehat juga membantu para remaja untuk berpartisipasi lebih aktif disekolah dan beraktivitas fisik. Pada beberapa tahun belakangan ini, telah terjadi penurunan status nutrisi dan kesehatan pada remaja. Hasil survey menunjukkan bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang berusia 6 - 10 tahun kelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja mengalami obesitas.
Ditahun 2000, lebih dari 16% populasi yang berusia dibawah 18 tahun hidup dalam kemiskinan, dan sebagai akibatnya, seringkali mereka tidak mendapat nutrisi yang cukup. Banyak remaja yang mengkonsumsi kalori lebih dari yang mereka butuhkan, namun tidak mendapat jumlah nutrisi harian yang cukup seperti yang direkomendasikan. Salah satu keprihatinan utama mengenai anak dan remaja adalah level kalsium, potassium, serat, magnesium, dan vitamin E yang kurang dalam diet mereka.
Pola makan yang tidak sehat akan mengarah pada status nutrisi yang buruk dan bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Penyebab ini dirangking sebagai penyebab ketiga terbesar dari berbagai penyakit kronis yang mempengaruhi sekitar 5% gadis remaja.
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan nutrisi pada remaja bukan cuma bisa mempengaruhi berat badannya, namun juga kesehatannya dimasa-masa yang akan datang. Sebagai contoh, kekurangan kalsium pada usia remaja bisa memperbesar resiko osteoporosis saat mereka dewasa. Yang terakhir, nutrisi pada remaja itu penting karena sebagian remaja punya masalah kesehatan yang membutuhkan diet khusus.
Diabetes type 1, atau juvenile diabetes, di diagnosa pada sebanyak 13.000 anak dalam satu tahun, seringkali selama mereka masih berusia remaja. Hal ini membutuhkan pengontrolan faktor-faktor diet dan gaya hidup yang bisa jadi cukup sulit untuk remaja yang sibuk. Yang mengejutkan, peningkatan dalam obesitas berarti bahwa diabetes type 2, yang dimasa lalu hanya di alami oleh orang dewasa, saat ini frekuensinya juga semakin meningkat pada remaja.
Jadi tujuannya adalah untuk memperbaiki keadaan gizi remaja serta mengembangkan ilmu gizi dan memupuk kesadaran gizi bagi remaja. Sehingga akan menyadari bahwa makanan yang cukup diperlukan oleh tubuh, cukup dalam memilih makanan yang memenuhi kebutuhan tubuh, sehingga dalam kebiasaan makan sehat.



2.3  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi
Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari pati makanan. Pola makan seimbang memenuhi kebutuhan tersebut. Susu dikonsumsi sebagai penyempurna. Pada dasarnya masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidak seimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Keadaan gizi
atau status gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama.
Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal, maupun gizi lebih.
Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa penyakit defisiensi, dan bila kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau menurunnya kemampuan fungsional. Misalnya, kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi kerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi.
Sedangkan kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terjadinya buta senja dan turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keadaan nutrisi usia sekolah dan remaja:
1. Psikologis.
2. Lingkungan sekolah.
3. Konsumsi makanan tidak cukup.
4. Pilihan terhadap makanan.
5. Tidak ada nafsu makan.

2.4  Keadaan Gizi Remaja Saat Ini
Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi remaja. Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan alcohol dan rokok, serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja. Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekuranga berat badan. Masalah ini berpangkal pada “kegemaran yang tidak lazim, lupa makan, dan hamil”. Yang sedikit berbeda adalah cara mengenai masalah tersebut.
Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalkan, membuktikan 16% mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian lain terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian besar remaja wanita tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di Negara yag sedang berkembang, ekitar 27% remaja laki-laki dan 26% remaja wanita menderita anemia; sementara di Negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di Negara berkembang (10 negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia kekurangan besi, sementara wanita hamil lebih besar lagi, yaitu 55%.
Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan olahan, seperti yang ditayangkan di iklan televise, secara berlebihan. Makanan ini, meski dala iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu banyak gula serta lemak, di samping zat adiptif. Konsumsi makanan sejenis ini secara berlebihan dapat berakibat kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini.
Ada 3 alasan mengapa remaja diaktegorikan rentan:
1.      Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energy dan zat gizi yang lebih banyak.
2.      Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energy dan zat gizi.
3.      Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alcohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energy dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.
Hampir 50% remaja (Daniel, 1977) terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini jika sarapan memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar kudapan bukan hanya kalori, tetapi sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu (menghilangkan) nafsu makan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin digemari oleh remaja, baik hanya sebagai kudapan maupun “makan besar”. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C; sementara kandungan lemak jenuh, kolesterol, daN natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia kalori lebih dari 50% total kalori yang terkandung dalam makanan itu.
Masalah lain yang mungkin dapat memengaruhi gizi ialah anoreksia. Kelainan ini pada umumnya diderita oleh remaja putri, terbanyak pada usia 14 dan 18, karena “kegilaan” mereka hendak melangsingkan badan. Penderita kelainan ini meningkat terus dari tahun ke tahun. Gambaran khasnya ialah kehilangan nafsu makan yang berat dan parah yang disertai oleh amenore kronis. Anoreksia terkait dengan penyusutan berat badan serta gangguan ovarium.
2.5  Kebutuhan Akan Zat Gizi Pada Usia Remaja
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada Recommended Daily Allowances (RDA). Untuk praktisnya, RDA disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi remaja kurang dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial.
Banyaknya energy yang dibutuhkan remaja dapat diacu pada table RDA. Secara garis besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energy ketimbang remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putera membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usai 12 tahun (2.550 kkal), kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis. Wait dkk. Menganjurkan penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai penentu kebutuhan akan energy yang lebih baik. Perkiraan energy untuk remaja putera berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm, sementara remaja putri dengan usia yang sama yaitu 10-19 kkal/cm.
Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja putera, kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0.29-0.32 g/cm tinggi badan. Sementara remaja putri hanya 0.27-0.29 g/cm. Kebutuhan akan semua jenis mineral juga meningkat. Penigkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok karena kedua mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot. Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg remaja.
Peningkatan kebutuhan energy dan zat gizi sekaligus memerlukan tambahan vitamin di atas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin, riboflavin, dan niacin harus ditambah sejajar dengan pertambahan energy. Vitamin ini diketahui berperan dalam proses pelepasan energy dari karbohidrat. Percepatan sintesis jaringan mengisyaratkan pertambahan asupan vitamin B6, B12 dan asam folat. Ketiga jenis vitamin ini berperan dalam sintesis RNA dan DNA. Untuk menjaga agar sel dan jaringan baru tidak cepat rusak, asupan vitamin A, C, dan E juga perlu ditingkatkan disamping vitamin D karena perannya dalam proses pembentukan tulang. Kadar vitamin C dalam serum remaja cukup rendah (Dep. Perranian AS, Guenter dkk, 1986), terutama mereka yang mematangkan sayur dan buah serta perokok.

2.6  Akibat Kekurangan Gizi Pada Usia Remaja
Remaja putri rentan mengalami kurang gizi pada periode puncak tumbuh kembang yang kedua kurang asupan zat gizi karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan pergaulan (ingin langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi yang optimal (kurus, pendek dan pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat besi dan gizi lain yang penting untuk tumbuh kembang (zinc), sering sakit-sakitan. Dari kedua masalah status gizi remaja putri tersebut, diperlukan upaya peningkatan status gizinya, karena remaja putri membutuhkan zat gizi untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja putri perlu suplementasi gizi guna meningkatkan status gizi dan kesehatannya.
Kurus merupakan masalah gizi yang umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja perempuan. “Kurus itu indah”, kata mereka dan sering merupakan moto bagi remaja perempuan. Body image kurus itu indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab anorexia nervosa dan bulimia (keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga menolak makan atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan), khususnya remaja perempuan. Masa remaja merupakan masa yang sangat “rentan”.
Peningkatan kadar hormon estrogen dan progesterone pada remaja serta hormon testosteron pada remaja pria terjadi dengan pesat pada masa ini. Jika tidak diimbangi dengan perawatan tubuh yang baik, terutama kebersihan badan dan asupan nutrisi yang baik, peningkatan kadar hormon tersebut bisa mengakibatkan munculnya jerawat yang sering kali mengganggu penampilan. Hal ini terjadi akibat kurangnya mengkonsumsi Vitamin A, C, dan E yang banyak terdapat pada bit, sayur-sayuran, buah-buahan.
Dan sering makan makanan gula dan makanan kaya akan asam lemak seperti susu, mentega, minyak nabati. Disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang kaya serat. Remaja yang tak memperoleh cukup gizi yang biasa didapati pada buah-buahan dan ikan lebih rentan terhadap kondisi paru-paru yang dibawah normal, sakit asma, batuk dan sesak nafas. Remaja dengan asupan dan terutama vitamin C paling rendah memiliki paru-paru yang lebih lemah dibandingkan dengan yang lain. Remaja yang kurang mengkonsumsi vitamin E, yang terdapat pada minyak nabati dan kacang, lebih mungkin untuk terserang asma. Remaja yang mengkonsumsi kurang banyak buah dan lebih sedikit asam lemak omega-3 lebih mungkin untuk terserang asma dan gangguan pernafasan seperti tersengal-sengal.
Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan AKI adalah anemia gizi. Anemia, dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi, selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia, terjadi pula karena peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada saat menstruasi, kehamilan, melahirkan, sementara zat besi yang masuk sedikit.

2.7  Cara Mengatasi Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain:
a.      Program Edukasi Gizi
Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di sekolah, khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah pertumbuhan pada masa balita.

b.      Program Suplementasi Gizi
Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan yang biasa terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi yang ditambahkan ke konsumsi makanan sehari-hari dengan harapan terpenuhi kebutuhan gizinya.
Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan
vitamin A.

c.       Program Fortifikasi Bahan Makanan
Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan dengan tujuan agar masyarakat terhindar dari defisiensi (kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat gizi yang ditambahkan adalah zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara bersangkutan atau berisiko untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan fortifikasi pada bahan makanan tersebut.
Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat dan   iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.

2.8  Perhitungan energy
Dasar perhitungan kebutuhan energi
a.      Kandungan energy dalam makanan
Muatan energy di dalam makanan bergantung terutama pada kandungan protein, lemak, karbohidrat dan alkoholnya. Komponen organic lain seperti (asam organic) menyumbang hanya sejumlah kecil energy dibandingkan sebagian besar makanan. Air tidak mengundang energy, melainkan bertindak hanya sebagai zat pelarut. Karena itu, keterkandungan air di dalam makanan akan memengaruhi kadar atau kepadatan kandungan energy makanan tesebut.
Jumlah energy dalam makanan atau zat gizi, dapat ditentukan dengan jalan membakar makanan tersebut di dalam bom calorimeter. Panas yang kemudian dihasilkan diukur. Tiap jenis makanan akan mengeluarkan sejumlah energy tertentu jika dibakar atau dimetabolisasi oleh tubuh. Jumlah kalori yang kemudian dihasilkan bergantung pada komposisi makanan tersebut (protein, karbohidrat, dan lemak). Besarnya panas yang dihasilkan oleh tiap gram sampel protein, karbohidrat, dan lemak murni berturut-turut adalah 5.65; 4.10; dan 9.45 kkal (sementara alcohol 7.10 kkal).
Makanan yang telah dikonsumsi tidak seluruhnya dapat dicerna dan diserap dengan sempurna. Karena itu penting sekali diketahui besaran ketercernaan makanan tersebut. Pada keadaan normal, keterserapan protein, lemak, dan karbohidrat berturut-turut sebesar 92%, 95%, dan 96%.

b.      Kandungan energy total di dalam tubuh
Kandungan energy di dalam tubuh bergantung pada ukuran dan komposisi tubuh, dan dapat dihitung berdasarkan ke dua hal tersebut. Contohnya, komposisi tubuh kimia laki-laki yang mempunyai berat badan normal 65 kg adalah kira-kira 11 kg protein, 9 kg lemak, 1 kg karbohidrat, 40 kg air, dan 4 kg mineral. Air dan mineral tidak mengandung energy.
Kandungan energy tubuh total dapat dihitung menjadi 150.000 kkal. Lebih kurang setengah dari jumlah ini berada dalam struktur protein penting dalam tubuh, sementara sisanya (sebagian besar lemak) merupakan cadangan yang jika diperlukan dapat dimobilisasi. Pada penderita obese, cadangan ini sangat besar. Begitu pula sebaliknya, pada orang kurus jumlah tersebut kecil.

c.       Kebutuhan ebergi
Kebutuhan energy orang yang sehat dapat diartikan sebagai tingkat asupan energy yang dapat dimobilisasi dari makanan yang akan menyeimbangkan keluaran energy, ditambah dengan kebutuhan tambahan untuk pertumbuhan, kehamilan dan penyusuan yaitu energy makanan yang diperlukan untuk memelihara keadaan yang telah baik.

d.      Basal Metabolic Rate (BMR)
Komponen terbesar dari keluaran energy harian adalah BMR. BMR merupakan pengekspresian sejumlah kalori (kilokalori) yang dikeluarkan oleh tubuh per meter persegi luas permukaan tubuh setiap jam (kal/jam/m2).
Laju metabolisme basal ini dapat diukur dengan calorimeter tak langsung, dan diartikan sebagai energy yang dikeluarkan oleh seseorang setelah 12-14 jam berpuasa (biasanya sepanjang malam) sementara secara mental dan fisik beristirahat pada lingkungan bersuhu netral. BMR sering diambil untuk mewakili tingkat minimal keluaran enrgi tiap hari, meski telah diketahui BMR bukanlah nilai yang baku, dan bahwa energy yang keluar selama tidur jatuh dibawah tingkat BMR.
Banyak factor (terbagi menjadi dua):
-          Faktor primer antara lain luas permukaan tubuh, jenis kelamin, usia, komposisi tubuh, keaktifan kelenjar penghasil hormon (tiroid, insulin, glucagon, hormone pertumbuhan, prolactin, dan MSH), serta kehamilan.
-          Faktor sekunder yang berpengaruh adalah status gizi, tidur, demam, dan kegiatan.

cara menghitung BMR:
cara perhitungan menggnakan factor koreksi. Dengan cara ini, BMR diperkirakan melalui perkalian “factor” (0.9-1.0) dengan berat badan selama 24 jam. Dengan demikian, BMR untuk wanita 0.9 x BB (kg) x 24 jam; dan laki-laki 1.0 x BB (kg) x 24 jam. Jika seorang laki-laki, misalkan, mempunyai berat badan 60 kg; maka BMR laki-laki itu selama 24 jam ialah:
1 x 60 x 24 = 1440 kkal (bandingkan dengan hasil yang diperoleh jika digunakan rumus Harris-Bennedict).
Table Rumus Harris-Bennedict
BMR = 66.42 + (13.75 BB) + (5 TB) – (6.78 U)
BMR = 655.1 + (9.65 BB) + (1.85 TB) – (4.68 U)
 


Keterangan:
BMR = Basal Metabolic Rate (kkal)
BB = Berat Badan (dalam kilogram).
berat yang digunakan bergantung pada
tujuan perhitungan energy ini, dapat berat normal,
berat ideal, atau berat sekarang.
TB = Tinggi badan (dalam meter)
U = Usia
Adapun hasil perhitunga BMR dengan persamaan Harris-Bennedict, berdasarkan penelitian Daly, dkk. (1985) berlebih 10-15%, sementara hasil riset Long dkk. (1979, 1980) menunjukan bahwa kelebihan tersebut hanya sebesar 3%. Dengan demikian, hasil perhitungan dengan persamaan ini harus dipotong sebanyak kelebihan tersebut (sebagian besar literature menuliskan angka 10%).


Perhitungan Energi Remaja
Dalam menentukan besaran kebutuhan akan kalori, penentuan usia ginekologik lebih penting ketimbang usia kronologis. Sebab, pertmbuhan linear belum optimal sebelum mencapai usia ginekologik 4-5 tahun. Usia ginekologik adalah jumlah tahun yang dihabiskan setelah seorang wanita mengalami menstruasi pertama (menarche). Pertambahan berat badan dari usia ginekologik selama 1-5 tahun berturut-turut adalah 4.8 kg (tahun I), 2.8 kg (tahun II), 1.0 kg (tahun III), dan), 0.8 kg (tahun IV-V).
Dengan demikian jika seorang wanita baru sekali datang haid, dan kemudian hamil, maka selama kehamilannya dia bukan saja harus menambah berat badan sebanyak 10-12 kg, tetapi juga harus ditambah dengan penambahan berat badan pada usia ginekologik pertama; yaitu 3.8 kilogram (angka 3.8 diperoleh dari perkalian 9.5/12 x 4.8 kg; 9.5 adalah masa hamil jila dihitung dengan kalender bulanan, dan angka 12 adalah jumlah bulan dalam setahun).
Bergantung pada berat badan dan tinggi badan sebelum hamil, aturan pertambahan berat badan total selama hamil ialah:
1.      12.5-18 kg jika BMI < 19.8,
2.      11.5-16 jika BMI = 19.8-26.0,
3.      7-11.5 manakala BMI > 26-29.








BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang lebih, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas. Pertumbuhan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara penggunaan zat gizi.
Kebutuhan gizi pada remaja lebih tinggi daripada usia anak. Namun, kebutuhan gizi pada remaja perempuan dan laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan yang pesat, kematangan seksual, perubahan komposisi tubuh, mineralisasi tulang, dan perubahan aktifitas fisik.BKebutuhan nutrisi yang meningkat pada masa remaja adalah energi, protein, kalsium, besi, dan zinc.
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain program edukasi gizi, program suplementasi gizi melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan vitamin A, program fortifikasi bahan makanan seperti iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.

3.2 SARAN
Suatu tim interdisiplin akan lebih berhasil untuk menyelesaikan masalah remaja di klinik karena pendekatan tersebut akan menguntungkan, Dengan cara tersebut akan-memberikan pelayanan medik sebagai keseluruhan, yaitu dapat mensahkan dan membenarkan adanya pemeriksaan psikologik, menghindari terjadinya masalah nutrisi yang akan merusak kesehatan, mempermudah dalam memeriksa nutrisi remaja secara komprehensif dan akan menyempurnakan hasil penelitian dengan dokumen dan catatan medik yang ada. Tim spesialis yang perlu dibentuk adalah tim intervensi krisis, tim kekerasan fisik dan seksual, tim nutrisi dan gangguan makan, tim penyalahgunaan obat terlarang dan tim untuk menyelesaikan masalah stres dan bunuh diri.



DAFTAR PUSTAKA

http://indriana112.blogspot.co.id/
http://1001-diet.blogspot.co.id/2011/05/nutrisi-untuk-remaja.html
Arisman. (2003).Gizi dalam Daur Kehidupan: Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar